Sunday, September 7, 2014

[LN] Sakurasou no Pet na Kanojo | Volume 1 Bab 3 (Juni itu Melankolis) - Part 1

Sakurasou no Pet na Kanojo Volume 1 Cover


Hi Ya~~!
Terjemahan pertama nih...

Karena kulihat di Baka-Tsuki LN ini masih bolong-bolong (untuk terjemahan Indonesianya) jadi ku putuskan untuk Menerjemahkannya! bye2 onion head

Tapi disini ngeterjemahinnya bakalan lambat (yaa, sekitar 1 part / live per 1 minggu) karena kesibukan Translatornya juga *ah sok sibuk luuu*

Oh iya, Part 1 ini bisa dibaca di BT sekarang...
Ini link nya : Baca Bab 3 (Juni itu Melankolis) on Baka-Tsuki [Bahasa Indonesia]

Dan sekarang, dimulai dari Volume 1 (Bab 3 - Part 1)
Silahkan dibaca~!

==================================================

Bab 3 : Juni itu Melankolis



Part 1

"Aku tidak bisa tidur...."

Setelah berguling-guling dikasurnya beberapa kali, Sorata mencoba untuk mengungkapkan situasinya dengan wajah yang terkubur dengan bantal.

Walau dia melakukannya, tidak ada yang terjadi, dan tidak ada yang akan berubah juga. Dia melihat jam di Handphone-nya. Jam Dua Malam. Sudah dua jam dia mencoba untuk tidur.

Sorata tidak punya pilihan lain, jadi dia bangun dengan malas dan menyalakan lampu.

Cahaya dari lampunya terlalu terang. Matanya tidak bisa menyesuaikan diri dengan cahaya terang dan rasa pusing memukulnya. Matanya yang menyuruhnya untuk tidur, tapi pikirannya, tanpa alasan yang jelas, masih sangat jernih. Perasaan ini mencegahnya untuk bisa tenang.

Si kucing coklat, Tsubasa, mengangkat kepalanya dengan cara yang menganggu. Kucing itu melotot ke Sorata beberapa saat, dan menutup matanya setelah menguap besar. Duduk diatas kasurnya, Sorata meringkuk seperti posisi berdoa.




"Kuharap kau bisa berbagi rasa kantukmu itu."



Bahkan setelah dia menutup matanya beberapa saat, Sorata tidak merasa kantuk sama sekali. Yang ada, otaknya berkerja keras untuk mencari kata-kata untuk mengkritik tindakan bodohnya.
Setelah mendesah, dia menggosok kedua matanya.

Mengapa Sorata tidak bisa tidur, walaupun matanya terasa sakit karena terus terbuka?
Dalam seminggu, setiap malam selalu saja begini.


Bagaimana Aku tertidur?  Dan bagaimana caranya Aku tidur seperti bisaanya?


Setelah merenungkan tentang hal-hal yang ‘tak berarti seperti itu, entah bagaimana dengan cepat dia memikirkan apakah dia memang harus atau tidak pindah dari Asrama Sakurasou. Mengetahui bahwa masalah tidak dapat diselesaikan hanya dengan memikirkannya dia mencoba untuk memasuki dunia mimpi, tetapi proses ini diulang lagi dan lagi.


Jawabannya sudah jelas.


Dia bahkan tidak tahu mengapa dia mengkhawatirkan hal itu. Kekhawatiran itu menimbulkan pertanyaan baru yang mana itu menghentakkan Sorata. Dia telah kehilangan waktu tidurnya terus menerus.


"Ah, Sial!"


Tidak melakukan apa-apa akan membuat dia menjadi terlalu terlibat dalam pikirannya dan itu akan berpengaruh negatif. Jadi dia berpikir untuk melakukan sesuatu, ia mengambil Pakaiannya, dan ia membentuk sebuah bukit kecil di tempat tidurnya.

Dia mulai melipatnya satu-per-satu dengan hati-hati. Saat dia sedang melipat pakaian, dia tidak perlu berpikir. Tapi beberapa saat kemudian, semua pakaian miliknya telah dilipat dan tinggal punya Masihiro yang ada.

Dia melipat Jas Sekolah berwarna biru agar tidak berkerut, dan dia letakkan juga yang hitam, memasangkan semua kaus kaki. Dia ingin melipat sisa pakaian yang ada, tetapi setelah dia mengambil sesuatu yang kebetulan sebuah Kamisol bertali hitam, Sorata langsung kehilangan kesadarannya.
Itu hanya sepotong kain.

Bahkan ketika dia menahan dirinya dia tidak bisa menahan instingnya sebagai seorang lelaki, dengan bodoh dia membayangkan Mashiro memakainya, dan langsung merasa bersalah. Seolah-olah ingin memberikan pukulan terakhir, lawan berikutnya adalah celana dalam hitam yang cocok dengan kamisol hitam tadi. Itu adalah kekalahan yang besar. Setelah menyadarkan pikirannya, dia mengintropeksi diri.


"Jika seseorang melihatku, pasti mereka akan berpikir kalau Aku itu mesum."


Dia dengan cepat melipat bagian ujung dan menggulung celana dalam itu. Dia menjepit celana dalam itu diantara jas dan handuk sehingga itu tidak terlihat. Bahkan jika celana dalam dan kamisol itu berserakan dikamar Mashiro, itu adalah tugasnya Sorata untuk membereskannya. Yah, membersihkan kamar itu jugalah tugasnya Sorata sebagai orang yang bertanggung jawab atas Mashiro.

Jika Sorata pindah dari Sakurasou, Jin lah yang akan bertanggung jawab atas semua hal ini. Jin akan menyentuh pakaian dan yang lainnya, dan tidak akan lari dari keyataan seperti Sorata. Tidak peduli situasinya, dia akan bisa menyelesaikannya dengan pintar. Jin memang orang yang seperti itu. Namun, bahkan Sorata tidak ingin membayangkan Jin mengurus Mashiro.


"Apa yang Aku pikirkan... Ini bukan Itu."


Yang harusnya dia pikirkan adalah apakah  dia memang harus atau tidak pindah dari Sakurasou. Dia punya tanggung jawab (mengurus Mashiro), tapi dia juga punya masalahnya sendiri, jadi Mashiro seharusnya tidak berefek pada pendiriannya. Tapi untuk beberapa alasan, dia selalu memikirkan Mashiro. Disaat Sorata bilang kalau dia ingin pindah, Mashiro tidak menunjukkan emosi seperti biasanya. Apakah dia sedang senang atau bersedih, itu sama saja. Jadi Sorata tidak tahu apa yang Mashiro pikirkan.

Menyadari bahwa dia tidak bisa mempertahankan kewarasannya disaat hal itu berputar-putar di kepalanya, dia melompat. Jika dia tidak bisa tidur, Ia hanya bisa terus terbangun. Jika dia tetap berada dikamar ini lebih lanjut, ia mengira sesuatu hal yang buruk akan terjadi padanya, jadi dia pergi ke dapur untuk mengambil segelas air.

Mengejutkan, seseorang sudah ada disana pada jam dua dini hari. Bayangan dari seseorang yang duduk didepan kulkas dan sedang mengisi perutnya. Itu Piyamanya Mashiro. Wajahnya terlihat lelah dan mengantuk, tapi dia mengambil sebuah wortel dari kulkas dan memeriksanya dengan teliti. Ternyata dia tak menyukainya jadi dia masukkan lagi makanan yang disukai kelinci itu, dan mengambil sebuah mentimun sekarang. Sama seperti tadi, dia memeriksanya dengan teliti, dan berpikir tentang hal itu beberapa detik. Setelah dia selesai berpikir, Ia dengan cepat menggigit mentimun tersebut.


"Kau itu Kappa ya?!"


Menggigit Mentimunnya, Mashiro menengok ke Sorata dengan wajah datar. Dia tidak terlihat terkejut. Dia tetap menggigit Mentimunnya.


"Apa kau memang selapar itu?"

Mashiro menganggukkan kepalanya sambil memakan mentimun.

"Aku mengerti, jadi berhentilah makan! Aku akan masakkan sesuatu untukmu!"

Mashiro menelan mentimun itu.

"Aku bukan Kappa."
"Aku tahu itu!"

Mendapati Mashiro duduk dimeja dapur, Sorata melihat kedalam kulkas demi Mashiro. Baru-baru ini, berkat mengurus Mashiro, skill memasak Sorata telah meningkat dan jenis menu yang bisa dia buat bertambah. Namun, memasak sesuatu di jam segini akan membuat Chihiro marah, jadi dia memutuskan untuk membuat sebuah Cup Ramen dari lemari makanan.

Setelah mendidihkan air dengan teko berwarna oranye yang dibeli Misaki, dia menuangkan air panas itu kedalam cup ramen. Dia menaruhnya dimeja dimana Mashiro sedang menunggu. Mashiro mencoba untuk memakan Ramen segera setelah cup ramennya menyentuh meja jadi Sorata menahan Mashiro untuk mengambilnya.


"Tunggu sampai 3 menit!"


Sorata terkejut, sepertinya Mashiro tidak tahu apa-apa tentang Cup Ramen sebelumnya. Sorata duduk disebelah Mashiro. 3 Menit menunggu rasanya lebih lama dari biasanya. Mashiro, yang tengah konsentrasi menatap ramennya, tidak mengatakan apa-apa. Sorata juga tidak bisa mengatakan apa-apa. Sudah jelas alasan mengapa Mashiro terjaga sampai saat ini. Dia menggambar manganya seperti biasa. Dan dia keluar karena dia merasa lapar.

Beginilah kehidupan sehari-hari Mashiro. Setelah datang ke Sakurasou, aktifitas sehari-harinya tidak terlalu banyak berubah. Dia menggambar manganya sampai hampir pingsan, dibangunkan oleh Sorata dan pergi ke sekolah, dan disaat dia kembali ke asrama, dia mengunci diri didalam kamar dan kembali menggambar.
Pada umurnya, itu normal bagi seorang gadis untuk bergosip tentang memiliki pacar, atau putus dengan orang jahat seperti dia, atau memiliki rambut yang sangat indah, atau membeli sebuah baju dari beberapa tempat, atau pergi ke karakoke, atau mengatakan kalau mereka putus, atau mereka butuh diet, atau bilang kalau hari ini adalah yang terburuk, atau mereka frustasi hari ini, atau berbicara tentang seseorang yang mengikuti mereka seharian, setiap hari. Tapi Mashiro, menjauhi hal-hal tersebut dan berkerja menuju tujuannya dengan tangannya sendiri. Bagi Sorata, Mashiro sangatlah bersinar. Itu hampir menyakitkan untuk mengawasinya. Jika ada cahaya yang menyilaukan didepanmu, siapapun akan mulai menyipitkan mata dan mengasihani diri sendiri.

"Sorata."
"Ah, ya. Apa?"
"3 menit?"
"Kau bisa memakannya sekarang."


Membuka tutup dari Cup Ramen, Mashiro mulai memakan isinya. Merasa tidak enak dengan kesunyian ini, Sorata mencoba untuk memulai pembicaraan.


"Ano...perlombaan untuk pemula yang kau bicarakan sebelumnya, kapan itu ditutup? "
"... Sekitar akhir Bulan Juni."
"Benarkah. Ohh."
"... Ya."
Itu sekitar satu setengah bulan lagi..
"Yah kau tau... uh, tidak ada banyak waktu yang tersisa."
"..."
"Tidak, bukan apa-apa."
"... Ya."
"Aku jadi ingat. Berapa orang yang berpartispasi?"
"700 atau 800..."
"Ooh."
 "... Ya."

Tempo pembicaraan kami berhenti. Orang yang membuatnya turun adalah Sorata.


- Aku tidak punya apa-apa untuk kukatakan kepada Sorata yang mau pergi begitu saja.
Jika Sorata langsung perrgi dari meja dapur, mungkin Mashiro akan mengutuk Sorata dengan garis kata seperti itu untuk membuatnya takut tanpa sadar. Bahkan setelah Mashiro selesai makan, dia tetap duduk di kursinya. Kesunyian dan rasa canggung memenuhi mereka berdua. Sorata tidak bisa melihat ke wajah Mashiro. Jika mata mereka bertemu, Sorata akan mengeluarkan suara-suara aneh. Dia mencoba untuk pergi dari meja dapur secepatnya. Tapi saat memikirkan hal ini, pergi duluan membuat dia merasa tak enak, jadi dia tetap disini.

- Lakukan yang terbaik.
Dia bisa saja kembali jika Sorata mengatakan garis kata ini. Namun, dia tidak bisa melakukannya. Sebaliknya, dia bisa mengatakan kata-kata selain garis kata itu. Ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengatakan hal itu. Orang yang berkerja keras disini adalah Sorata. Mashiro memiliki tujuan yang jelas, dan dia berlari menuju tujuan itu. Dia sudah melakukan yang terbaik. Itu terlalu menyedihkan untuk menunjukkan kekosongan dirinya (Sorata).


Disaat dia sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba ada suara dari pintu masuk. Menengok kebelakang untuk melihatnya, ternyata itu adalah Jin yang berdiri disana sambil menahan kantuknya. Sepeti biasa, ada bekas lipstick dibajunya. Jin melihat Sorata dan Mashiro dan menanyakan pertanuyaan kepada mereka.


"Apa yang kalian berdua lakukan?"
"Tidak, kami hanya,"
"Apa yang kau maksud, 'kami hanya', kalian berdua terlihat seperti pasangan yang mau menandatangani surat perceraian."
"Ah, benarkah?"
"Hey, tidak baik kalau kau tidak membalas lelucon ku."
Pada saat itu, Mashiro berdiri.
"Terimakasih atas makanannya."


Dia meninggalkan dapur hanya dengan kata-kata itu. Dia pasti akan menggambar manganya lagi dikamarnya di lantai atas. Dengan diam melihat Mashiro yang kembali kekamarnya, dan dia hampir tidak terlihat lagi, Jin berbicara pada Sorata.


"Hey Sorata."
"Ya?"
"Kalau kau memang tidak ada niat, Aku akan mengurus Mashiro kau tahu."
"... Ughh!"


Dia tidak bisa mengeksprsikan dirinya dalam kata-kata, tapi tubuhnya menjawab dengan melihat langsung Jin. Jin menikmati reaksi Sorata dengan senyum diwajahnya.


"Kau mencoba tuk bilang 'Apa yang kau ingin Aku lakukan?’ iya kan? "
"Apa yang kau ingin Aku lakukan?"
"Jika kau tidak ingin kehilangan dia, uruslah dia baik-baik. "
"Shiina itu bukanlah..."
"Lalu apa?"
"Apa maksudmu...?”


Ia kira dia mampu ‘tuk menjawabnya, tapi dia tidak punya keyakinan. Jika dia mengatakannya, dia tak akan bisa menyangkalnya. Dia tidak bisa lari. Tapi apakah itu berarti dia tau kemana arah hatinya…
"~Huh? Jin, kau sudah pulang. Selamat datang~"

Orang yang menyelamatkan Sorata adalah Misaki yang masih terlihat mengantuk. Misaki yang memegang pensil untuk tanpa alasan itu memberitahu Jin kalau Misaki sedang berkerja dengan beberapa naskah cerita.


"Yeah, Aku pulang."
"~Aku haus~"

Menghiraukan atmosfir disini, Misaki berjalan ke arah kulkas, mengambil botol air mineral 2 liter dan mulai meminumnya. Melihat sekeliling, Misaki menawarkan botol itu kepada Sorata.

"Apakah Kouhai-kun juga mau minum?"

Saat Sorata ingin mengambil botol itu, Jin menghalanginya. Jin meminum semua sisa air yang ada di botol itu dan memberikan botol kosongnya ke Misaki dan pergi, mengucapkan selamat malam. Misaki menatap mulut botol itu dan membeku di kursinya.

"A-, Apa yang harus Aku lakukan Kouhai-kun..."

Dia membisikkannya seakan-akan hatinya ada di tempat yang lain

"Ini.. adalah ciuman tidak langsung... dengan J-Jin..."


Sepertinya dia tidak mengharapkan jawaban dari Sorata, dan dia terbangun dan mulai berjalan dengan goyah menuju kamarnya, menabrak kulkas, meja, dan tembok. Sorata yang ditinggalkan akhirnya kelelahan dan ambruk dikursinya. Kulkas dengan daftar tugas itu adalah yang dia lihat. Hal pertama yang menarik perhatiannya adalah label bertuliskan "Tugas Mashiro"


Jika dia tetap mendekat, Ia merasa seolah-olah akan meledak dan terbakar oleh kecemerlangan Mashiro. Tapi dia tidak mau meninggalkan Sakurasou dan meninggalkan semuanya ketangan Jin. Aku ingin sekali pergi dari tempat ini secepatnya… jika dia tetap berpikir tentang hal itu terus menerus, emosi dan etikanya bertabrakan, menyebabkan gangguan.


Sudah jam 3 Dini hari. Dengan semangat jarum di jam tangan bergerak dengan lambat. Pagi akan menyapa semua orang. Namun, untuk Sorata yang tidak bisa lari dari gelapnya malam, datangnya pagi masih lama, masih sangat lama.

Lanjut ke Part 2 ->
5 Ryuu Shiro Project: [LN] Sakurasou no Pet na Kanojo | Volume 1 Bab 3 (Juni itu Melankolis) - Part 1 Sakurasou no Pet na Kanojo Volume 1 Cover Hi Ya~~! Terjemahan pertama nih... Karena kulihat di Baka-Tsuki LN ini masih bolong-bolong ...

No comments:

Post a Comment

<